Selasa, 02 Juni 2009

Musium Di Jepang

1. Museum Nasional Tokyo

Museum Nasional Tokyo (東京国立博物館 ,Tokyo Kokuritsu Hakubutsukan?) adalah museum tertua di Jepang yang berada di Taman Ueno, Tokyo. Didirikan pada tahun 1872, pengelolanya adalah Institut Nasional Peninggalan Budaya (Kokuritsu Bunkazai Kikō).

Koleksi terdiri dari kekayaan budaya berupa benda seni dan peninggalan arkeologi Asia dan Jepang. Museum ini terdiri dari 5 gedung pameran: gedung utama (galeri Jepang), Tōyōkan (galeri Asia), Heiseikan (arkeologi Jepang), Hyōkeikan (ruang pameran khusus), galeri barang pusaka Hōryū-ji, dan gedung perpustakaan. Koleksinya lebih dari 110.000 buah, 87 di antaranya pusaka nasional Jepang, dan 610 peninggalan budaya penting.

Sejarah

Awal dari sejarah museum di Jepang adalah pameran benda-benda bersejarah yang diadakan Biro Museum Kementerian Pendidikan Jepang pada tahun 1872. Biro Museum didirikan tahun sebelumnya sebagai penyelenggara pameran-pameran. Aula bernama Taiseiden di Yushima Seidō, Tokyo dijadikan lokasi pameran. Pada iklan dan tiket masuk pada waktu itu, nama museum ditulis sebagai Museum Monbusho. Tahun berlangsungnya pameran tersebut nantinya ditetapkan sebagai tahun berdirinya Museum Nasional Tokyo. Menurut rencana, barang-barang yang dipamerkan akan dikirim ke Pameran Dunia Wina tahun 1873. Dari nishiki-e yang menggambarkan pameran waktu itu, ruangan pameran dipenuhi kotak-kotak etalase dari kaca, lukisan, karya kaligrafi, benda-benda seni, artefak, spesimen, herbarium, dan opsetan hewan. Di antara benda yang dipamerkan terdapat penghias atap shachihoko emas dari Istana Nagoya. Menurut rencana, pameran dimulai 10 Maret 1872 dan hanya berlangsung selama 20 hari. Pengunjung yang ingin melihat ternyata begitu banyak sehingga pengunjung yang masuk harus dibatasi. Pameran akhirnya diperpanjang hingga akhir April 1872. Total pengunjung diperkirakan sejumlah 150.000 orang.

Pada tahun 1873, Museum Monbusho digabung dengan Kantor Pameran (Hakurankai Jimukyoku) yang berada di bawah Dajōkan. Tempatnya juga dipindah dari Yushima Seidō ke Uchiyamashita-chō (sekarang Uchisaiwai-chō di Chiyoda, Tokyo). Pameran tahun 1873 dilangsungkan mulai 15 April 1873 selama tiga setengah bulan. Koleksi museum waktu itu juga mencakup spesimen binatang, tumbuhan, dan batu mineral.

Kantor Pameran kembali disebut Museum (Hakubutsukan) pada tahun 1875, dan pengelolaan museum dialihkan ke Kementerian Dalam Negeri. Pada tahun 1876, Hisanari Machida diangkat sebagai direktur museum yang pertama. Machida adalah birokrat kelahiran Domain Satsuma yang mendirikan gedung museum dan melindungi peninggalan budaya pada awal zaman Meiji. Atas jasa-jasanya, monumen peringatan Hisanari Machida didirikan di halaman belakang museum. Sejak tahun 1881, pengelolaan museum menjadi tanggung jawab Kementerian Pertanian dan Perdagangan sebelum dialihkan ke Badan Rumah Tangga Kekaisaran pada tahun 1886.

Pameran Promosi Industri Dalam Negeri (Naigoku Kangyō Hakurankai) yang pertama berlangsung pada tahun 1887. Pameran tersebut diadakan sesuai kebijakan "memperkaya negeri dengan memperkuat militer, dan mengembangkan industri" (fukoku kyōhei, shokusan kōgyō) yang dijalankan Pemerintah Meiji. Lokasinya di bekas tempat kediaman biksu Kan'ei-ji (lokasi Museum Nasional Tokyo yang sekarang). Dalam pameran tersebut, salah satu gedung dipakai untuk memamerkan benda seni, dan sekaligus menjadi museum seni yang pertama di Jepang. Menurut Machida, gedung sudah sempit dan berbahaya saat terjadi kebakaran. Permintaan Machida untuk memindahkan lokasi pameran ke Taman Ueno dikabulkan pemerintah pada tahun yang sama.

Gedung di Taman Ueno dirancang oleh arsitek Josiah Conder. Lokasinya di bekas tempat kediaman biksu Kan'ei-ji. Setelah selesai pada tahun 1881, gedung berlantai dua dari batu bata tersebut dijadikan tempat Pameran Promosi Industri Dalam Negeri II. Pada bulan Maret tahun berikutnya, gedung di Taman Ueno secara resmi dijadikan gedung utama museum. Gedung museum seni yang dibangun empat tahun sebelumnya untuk Pameran Promosi Industri Dalam Negeri I dijadikan gedung nomor dua. Namun kedua gedung tersebut hancur ketika terjadi gempa bumi besar Kanto 1923.

2. Museum Nasional Etnologi

Museum Nasional Etnologi (国立民族学博物館 ,Kokuritsu Minzokugaku Hakubutsukan?) adalah salah satu dari institut riset antaruniversitas sekaligus museum di kota Suita, Prefektur Osaka, Jepang. Museum/institut ini populer dengan sebutan Minpaku. Sejak bulan April 2004, Minpaku menjadi anggota Institusi Nasional Humaniora.

Fungsinya sebagai pusat penelitian serta museum di bidang etnologi dan antropologi budaya. Letaknya di dalam Expo Memorial Park. Sekarang, di dalam kompleks museum terdapat Program Doktoral Humaniora dan Kajian Sosial dari The Graduate University for Advanced Studies.

Sejarah

Pada 1921, sewaktu masih mahasiswa Universitas Kekaisaran Tokyo, Keizō Shibusawa memiliki hobi mengumpulkan spesimen hewan dan perkakas sehari-hari yang biasa dipakai orang. Barang-barang dikumpulkannya bersama mantan teman-teman sekelasnya di Dai-ni Kōtō Gakkō. Semuanya disimpan di "museum mini" yang menempati bagian loteng rumahnya di Mita, Tokyo. Di kemudian hari, Shibusawa menjadi Menteri Keuangan dan Direktur Bank of Japan. Pada 1935, Shibusawa bersama Kurakichi Shiratori memimpin pembentukan Perkumpulan Etnologi Jepang (Nihon Minzoku Gakkai) yang menggagas pendirian Museum Nasional Etnologi. Mereka mengajukan petisi ke pemerintah, namun tidak ditanggapi karena situasi perang yang semakin memburuk. Pada tahun 1937, Shibusawa akhirnya mendirikan sendiri museum di Hoya, Tokyo. Koleksinya sekitar 20.000 spesimen dari "museum" di loteng rumahnya, ditambah spesimen perkakas sehari-hari. Bangunan dan koleksi dihibahkan kepada Perkumpulan Etnologi Jepang yang menjadikannya sebagai museum etnologi dan pusat penelitian. Perkumpulan Etnologi Jepang ternyata mendapat kesulitan dalam pengelolaan. Shibusawa juga mengetahui bahwa dirinya tidak akan berumur panjang. Pada tahun 1962, koleksi museum etnologi dihibahkannya kepada Perpustakaan Kementerian Pendidikan (sekarang Institut Nasional Kesusastraan Jepang). Kesepakatan tercapai antara Shibusawa dan pemerintah. Koleksi Shibusawa akan diserahkan ke museum etnologi nasional yang akan didirikan di kemudian hari.

Setelah Shibusawa meninggal dunia, Perkumpulan Etnologi Jepang pada tahun 1964 termasuk di antara organisasi yang mengajukan petisi tentang pentingnya museum penelitian etnologi. Pada tahun berikutnya, Dewan Sains Jepang menyampaikan rekomendasi pendirian museum penelitian etnologi nasional kepada perdana menteri Jepang. Pada tahun 1970, Pameran Dunia dilangsungkan di Jepang. Tarō Okamoto bertindak sebagai produser kepala di gedung yang memamerkan topeng, patung dewa, dan perkakas sehari-hari dari seluruh dunia. Okamoto bersama Seiichi Izumi (dosen Universitas Tokyo) dan Tadao Umesao (dosen Universitas Kyoto) bersama-sama mengumpulkan koleksi etnologi dari seluruh dunia untuk Pameran Dunia.

Setelah Pameran Dunia selesai, lokasi bekas pameran menurut rencana akan dijadikan taman budaya dengan museum etnologi sebagai pusatnya. Pada tahun 1973, panita persiapan dibentuk di Kementerian Pendidikan dengan Tadao Umesao sebagai ketua. Pada tahun 1974, Museum Nasional Etnologi didirikan sebagai institut riset antaruniversitas dengan Umesao sebagai direktur yang pertama.

Setelah gedung selesai dibangun, peresmian museum dilakukan pada tahun 1977. Koleksi terdiri dari barang-barang yang dulunya dipamerkan di Pameran Dunia 1970 dan koleksi Shibusawa yang dihibahkan ke Perpustakaan Kementerian Pendidikan. Pameran pertama kali dibuka untuk umum pada 17 November 1977.

Sejak April 1989, The Graduate University for Advanced Studies membuka Program Doktoral Jurusan Budaya Regional dan Perbandingan Budaya di dalam kompleks museum.

3. Museum Nasional Kyoto

Museum Nasional Kyoto (京都国立博物館 ,Kyōto Kokuritsu Hakubutsukan?) adalah museum yang dikelola Institut Nasional Peninggalan Budaya di Kyoto, Jepang.

Diresmikan bulan Mei 1897, koleksinya terutama peninggalan budaya Kyoto dari zaman Heian hingga zaman Edo. Selain itu, museum ini berfungsi sebagai lembaga penelitian.

Sejarah

Pada tahun 1889, "museum" di Taman Ueno (nantinya menjadi Museum Nasional Tokyo) yang berada di bawah yurisdiksi Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi diberi nama Museum Kekaisaran (Teikoku Hakubutsukan). Pada tahun yang sama, museum juga dibangun di Kyoto dan di Nara.

Lokasi yang dijadikan museum di Kyoto dulunya masih berada di lingkungan kompleks Hōkō-ji yang memiliki Daibutsu. Dari tahun 1870 hingga 1876, di lokasi ini terdapat Kyōmeigū (bangunan tempat memuliakan patung Buddha dan nisan kaisar)[1]

Gedung pameran mulai dibangun tahun 1892, dan selesai tiga tahun berikutnya pada tahun 1895. Arsiteknya bernama Tōkuma Katayama yang juga membangun gedung utama Museum Nasional Nara dan Museum Nasional Tokyo. Pada awalnya gedung pameran dirancang sebagai gedung berlantai tiga, namun akhirnya hanya dibuat berlantai satu. Bangunan berlantai dua dari batu bata diketahui banyak yang hancur ketika terjadi gempa bumi Mino-Owari 1891. Setelah selesai dibangun, gedung museum dibuka untuk umum pada bulan Mei 1897 dengan nama Museum Kekaisaran Kyoto (Teikoku Kyoto Hakubutsukan).

Tiga tahun setelah museum dibuka, nama museum diganti menjadi Museum Rumah Tangga Kaisar Kyoto (Kyoto Teishitsu Hakubutsukan). Pada waktu yang bersamaan, museum di Tokyo dan Nara juga masing-masing berganti nama menjadi Museum Rumah Tangga Kaisar Tokyo dan Museum Rumah Tangga Kaisar Nara. Museum dihibahkan kepada kota Kyoto sebagai kenang-kenangan pernikahan Putra Mahkota Hirohito (nantinya Kaisar Shōwa) pada Februari 1924. Nama museum diganti menjadi Museum Hadiah Kaisar Kyoto (Onshi Kyoto Hakubutsukan). Hingga selesainya Perang Dunia II, museum berada di bawah pengelolaan kota Kyoto. Sejak April 1952, museum dikembalikan kepada pemerintah, dan nama museum diganti menjadi Museum Nasional Kyoto. Ketika dikembalikan kepada pemerintah, museum berafiliasi dengan Dewan Perlindungan Peninggalan Budaya (Bunkazai Hogo Iinkai). Pada tahun 1968, museum berafiliasi dengan Kantor Kebudayaan yang waktu itu baru dibentuk. Sesuai dengan kebijakan Reformasi Pemerintah Pusat 2001/Peraturan Umum Institusi Administrasi Independen, museum ini dijadikan sebuah institusi administrasi independen pada tahun 2001. Setelah itu, museum ini berada di bawah pengelolaan Institut Nasional Peninggalan Budaya sejak 2007 hingga sekarang.

4. Museum Nasional Kyushu

Museum Nasional Kyushu (九州国立博物館 ,Kyushu Kokuritsu Hakubutsukan?) adalah museum sejarah yang dikelola Institut Nasional Peninggalan Budaya di Dazaifu, Prefektur Fukuoka, Jepang. Museum menempati gedung berlantai 7, termasuk dua lantai bawah tanah. Lokasi museum berada di dekat Dazaifu Tenman-gū.

Berbeda dari museum nasional di Tokyo, Kyoto, dan Nara yang lebih merupakan museum seni, Museum Nasional Kyushu adalah museum sejarah. Museum ini dibangun untuk memahami budaya Jepang dari sudut pandang Asia. Pada zaman dulu, Kyushu adalah pintu gerbang perdagangan dan pertukaran budaya dengan bangsa-bangsa lain di Asia. Koleksi museum mencakup artefak dari Zaman Batu tua hingga akhir zaman Edo.

Pembangunan museum di Kyushu sudah dicita-citakan oleh Okakura Tenshin sejak seabad sebelumnya. Pendirian museum sudah dirintis Dazaifu Tenman-gū sejak tahun 1893, namun baru terwujud pada tahun 2005.

Sejarah

Pada Juli 1893, pengurus Dazaifu Tenman-gū memiliki rencana membangun Museum Chinzei sebagai bagian dari peringatan 1000 tahun Sugawara no Michizane. Setelah disetujui Prefektur Fukuoka, mereka mulai mengumpulkan dana. Pada tahun berikutnya pecah Perang Sino-Jepang Pertama dan rencana pembangunan museum batal.

Daftar barang-barang untuk Museum Chinzei diumumkan pada tahun 1896. Di dalamnya terdapat gambar koma inu, tembikar sue, dan ishibōchō. Pada Februari 1899, Okakura Tenshin ikut mengemukakan pentingnya pendirian museum di Kyushu. Dukungan untuk pendirian museum ditulis Mori Ōgai dalam artikel Ware o shite kyūshū no fujin tarashimeba (我をして九州の富人たらしめば ?) yang dimuat Fukuoka Nichi Nichi Shimbun (sekarang Nishinippon Shimbun), 29 September 1899.

Pada Juni 1994, Kantor Kebudayaan membentuk komite penyelidikan pendirian museum baru. Pada Maret 1996, komite memutuskan pembangunan museum baru di Dazaifu, Prefektur Fukuoka. Rencana dasar Museum Nasional Kyushu selesai disusun pada bulan Maret 1999.

Pembangunan gedung dimulai pada bulan Maret 2002, dan selesai pada bulan April 2005. Pada bulan yang sama, badan hukum berbentuk institusi administrasi independen didirikan sebagai pengelola museum.

Museum dibuka untuk umum pada 16 Oktober 2005. Hingga 19 Februari 2006, pihak museum mengklaim total pengunjung sudah lebih dari satu juta orang. Hingga 16 November 2007,museum ini sudah didatangi lebih dari 4 juta orang pengunjung.

5. Museum Manga Internasional Kyoto

Museum Manga Internasional Kyoto (京都国際マンガミュージアム ,Kyōto Kokusai Manga Museum?) adalah museum manga di Kyoto, Jepang. Lokasinya menempati bekas Sekolah Dasar Kyoto Tatsuike di distrik kota Nakagyō yang sebagian telah dibangun ulang.

Museum diresmikan pada 25 November 2006 sebagai museum manga terpadu yang pertama di Jepang. Koleksinya berupa 200 ribu manga terbitan dalam negeri Jepang dan manga terbitan luar Jepang. Selain itu, museum ini juga menyimpan majalah dari zaman Meiji dan buku bekas milik kios penyewaan buku dari zaman seusai Perang Dunia II, manga populer dari zaman sekarang, dan manga dari berbagai negara di dunia.

Sejak awalnya, museum ini merupakan kerja sama antara pemerintah kota Kyoto yang menyediakan tanah dan gedung dan Jurusan Manga Universitas Kyoto Seika. Museum sekarang dikelola oleh dewan pengelola yang terdiri dari wakil universitas dan pemerintah kota.

Sebagai kepala kehormatan museum ditunjuk ahli anatomi Takeshi Yoro yang dikenal menulis buku berjudul Baka no Kabe. Museum mempekerjakan 4 peneliti spesialis sejarah seni dan sejarah pemikiran zaman modern.

Museum antara lain memiliki zona galeri, zona penelitian, zona penyimpanan koleksi, ruang pameran tetap, dan ruang pameran istimewa. Atraksi utama berupa "Dinding Manga" yang diisi dengan sekitar 50 ribu jilid manga yang diterbitkan mulai tahun 1970-an dalam rak sepanjang 140 meter.[1] Pengunjung bisa membawa manga untuk dibaca di halaman rumput museum. Tiket berlaku sehari penuh yang memungkinkan pengunjung bebas keluar masuk museum selama 1 hari.

Koleksi

Di antara koleksi bersejarah yang dimiliki museum:

* Majalah Japan Punch yang diterbitkan kartunis Inggris Charles Wirgman di Yokohama (1862-1887).
* Majalah manga pertama yang diterbitkan orang Jepang, Eshinbun Nihonchi pada tahun1874.
* Majalah manga pertama khusus untuk anak-anak, Shounen Pakku yang diterbitkan tahun 1907.

6. Nasional Nara

Museum Nasional Nara (奈良国立博物館 ,Nara Kokuritsu Hakubutsukan?) adalah museum yang dikelola Institut Nasional Peninggalan Budaya di Nara, Jepang. Museum ini berada di Taman Nara, berdekatan dengan Kōfuku-ji, Tōdai-ji, dan Kuil Kasuga. Diresmikan tahun 1895 dengan nama Museum Kekaisaran Nara (Teikoku Nara Hakubutsukan), koleksi utama museum ini berupa karya seni Buddhisme.

Gedung utama museum selesai dibangun tahun 1894. Perancangnya adalah arsitek Tōkuma Katayama yang juga merancang Istana Akasaka. Gedung utama Museum Nasional Nara telah ditetapkan sebagai salah satu peninggalan budaya penting di Jepang. Selain memamerkan koleksi milik sendiri, museum ini juga memamerkan karya seni milik kuil Buddha dan Shinto di Nara. Pameran khusus koleksi Shōsōin dilakukan setiap musim gugur.

Sejak tahun 1980, museum ini memiliki Pusat Riset dan Referensi Seni Agama Buddha (Bukkyō Bijutsu Shiryō Kenkyū Center). Perpustakaan ini hanya dibuka untuk umum dua kali seminggu, setiap Rabu dan Jumat.

Sejarah

Museum ini berawal dari pameran tahunan yang disebut Nara Hakurankai (Pameran Nara) yang pertama kali diselenggarakan tahun 1875. Panitia pameran dibentuk tahun 1874, dan tahun berikutnya diselenggarakan Pameran Nara ke-1. Pameran dilangsungkan di Aula Utama (Daibutsuden) Tōdai-ji dan koridor sekeliling Aula Utama. Koleksi yang dipamerkan mencakup harta Shōsōin, lukisan dan karya kaligrafi milik pribadi serta milik kuil Buddha dan Shinto, wadah antik, spesimen tumbuhan dan hewan, serta mesin-mesin. Pameran berlangsung selama 80 hari. Total pengunjung tercatat 170.000 orang. Kecuali tahun 1877, pameran terus diselenggarakan setiap tahun hingga Pameran Nara ke-15 tahun 1890.

Pada waktu itu, Badan Rumah Tangga Kekaisaran telah memiliki museum di Taman Ueno, Tokyo (nantinya Museum Nasional Tokyo). Berdasarkan Surat Pemberitahuan Menteri Rumah Tangga Kekaisaran tahun 1889, museum di Tokyo secara resmi disebut Museum Kekaisaran Tokyo, dan memerintahkan pembangunan museum di Kyoto dan Nara yang masing-masing disebut Museum Kekaisaran Kyoto dan Museum Kekaisaran Nara. Pembangunan gedung utama dimulai tahun 1892 di tanah yang dulunya milik Kōfuku-ji. Gedung utama selesai dibangun tahun 1894, dan museum secara resmi dibuka tahun berikutnya. Dari 1900 hingga 1947, museum ini disebut Museum Rumah Tangga Kekaisaran Nara (Nara Teishitsu Hakubutsukan).

Setelah ditetapkannya Konstitusi Jepang tahun 1947, museum diserahkan kepada Kementerian Pendidikan Jepang. Museum berganti nama menjadi Museum Nasional Cabang Nara (Kokuritsu Hakubutsukan Nara Bunkan). Museum ini dinamakan Museum Nasional Nara sejak 1952. Pada tahun 1950, museum ini berafiliasi dengan Dewan Perlindungan Peninggalan Budaya (Bunkazai Hogo Iinkai) hingga diserahkan kepada Kantor Kebudayaan pada tahun 1968. Pada tahun 2001, museum ini dijadikan sebuah institusi administrasi independen. Sejak tahun 2007, museum ini berada di bawah administrasi Institut Nasional Peninggalan Budaya.

Gedung baru untuk memamerkan koleksi Shōsōin selesai dibangun pada tahun 1972. Gedung ini disebut Gedung Paviliun Barat (Nishi-shinkan) setelah selesainya Gedung Paviliun Timur (Higashi-shinkan) pada tahun 1997. Kedua gedung dirancang oleh arsitek Junzō Yoshimura. Sebuah koridor bawah tanah menghubungkan gedung utama dengan kedua gedung paviliun.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates